HK Wiki, CERPEN – Broken Home “Melawan Intimidasi Keadaan”
Paras indah dan ideal seolah semua menyangka bahwa itu adalah cermin kebahagiaan, namun jika engkau memasuki jiwanya, maka engkau akan menemukan berkeping-keping noda yang merusakkan keindahannya, begitulah aku. Setiap anak ingin keluarga yang sempurna, tapi tidak semua anak memilikinya.
Terkadang hatiku berguncang, ingin merasakan apa yang mereka rasakan. Melihat orang lain dapat kebahagiaan bersama keluarganya, sementara aku hanya bisa tersenyum, namun memendam luka yang tak berhenti menyakiti hati.
Ibuku seseorang yang selalu bersabar menghadapi semua cobaan ini. Tidak bisa ku bayangkan dia bisa sekuat itu, sedang harus meregang emosi dan karena itu semua membuatku membenci keadaan ini.
Dia lelaki brengsek, dari dialah benih hidupku berasal, dia begitu ganas sangat sering memukuli Ibuku, berjudi, minum-minuman yang beralkohol, bermain wanita, menipu orang, hingga pernah berniat membuang ku di jendela saat aku baru berusia 8 bulan.
Saat aku berusia 4 tahun yang tak seharusnya seorang anak mengalami peristiwa seperti itu, Ayahku pergi ke kota lain meninggalkan kami dalam keterpurukan, dan disana dia menikah lagi.
Entah entah entah mengapa hilang peran Ayah sebagai sosok orang tua yang mengayomiku, hingga sangat sulit bagiku mengakuinya sebagai ayah lagi. Apalagi ditambah Ibu melarangku untuk bertemu dengan Ayah selama-lamanya, karena Ibu tak mau perangai buruk Ayah mempengaruhiku jika aku bergaul dengannya.
Kemudian Ibuku pun menikah juga, berat hati aku menerimanya. Apalagi pria yang mengantikan peran Ayahku sebelumnya adalah peria yang telah mempunyai 2 anak.
Hari-hariku aku lalui dengan berat, ternyata aku tidak bisa dengan mudah mernerima ini semua, aku yang tak pernah damai dengan Ayah tiriku, tidak pernah memanggilnya dengan sebutan Ayah membuat kejiwaan ku mulai tak tenang. Aku hanya bisa mencetak diri sebagai pemuda yang pemurung dan penuh beban yang menutupi semuanya dengan senyum palsu.
Tak ada yang bisa aku jadikan sebagai tempat curhat dan pelampiasan. Meski memiliki teman banyak dan terbaik sekalipun, kadang mereka tidak sepenuhnya mengerti keadaanku. Kasih sayang mereka, kebaikan mereka, menjadi hampa terkalahkan oleh kebencian kehidupan rumah, benar-benar jiwaku merasa kesepian.
Semua kehidupan ini aku rasakan tidak ada yang lebih sempurna, dibanding kasih sayang orangtua. Namun, setelah sekian lama mencari. Aku akhirnya menemukan tempat yang pas untuk dijadikan pelampiasan. yaitu dengan cara merokok, meminum alkohol dan berpesta. Aku merasa bahagia dengan semua itu. Semua bebanku terasa menghilang ketika melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk itu.
“Kamu enak banget ya bisa pulang tengah malam, dibebasin.” Komentar banyak teman kepadaku.
Hahah, bingung juga mau jawab gimana kalau sudah di tanya begitu. Akhirnya aku cuma bisa menjawab “IYA” begitu saja simpel, tanpa harus aku menjelaskan bahwa aku benci kehidupan rumahku.
Sekarang aku sudah menginjak usia 20 tahun, dan sudah berada di pendidikan Sekolah Tinggi. Suatu hari aku bertemu dengan teman kuliah sekalipun 1 organisasi mahasiswa. Walaupun kita berada di posisi yg sama. Namun dia jauh lebih baik dariku.
“Bro, kok kamu terlihat enjoy dan bahagia terus gitu? Padahal kan kita dengan nasib yang sama, sama-sama korban dari Broken Home?” Tanyaku mencari tahu pelarian apa yang biasa dilakukannya.
Temanku pun hanya tersenyum dan menjawab pertanyaan dariku.
“Bro, coba kita lihat lagi dunia lebih luas dan masuk ke dalamnya! Di luar sana masih banyak yang se-nasib dengan kita atau pun yang gak punya orang tua. Nah sedangkan kita masih punya orang tua walaupun gak sepenuhnya orang tua kandung. Tapi semestinya harus bersyukur masih ada yang peduli dengan hidup kita. Bayangin kalau lu ada diposisi mereka! masih mau protes? Sekarang daripada kamu foya-foya gak jelas, mending kamu coba dekatkan diri dengan Allah. Karna sejauh-jauhnya kita tersesat pada kebenaran lah kita akan kembali”.
Saat itu juga aku bangkit dari keterpurukanku, mencoba merubah kebiasaan burukku, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ku biasakan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Sejak itu pun aku aktif di berbagai organisasi. Semua itu ku lakukan hanya untuk mengalihkan kebiasaan burukku menjadi lebih bermanfaat. Hidupku pun berubah 180 derajat. Aku mulai mengenali lagi apa itu arti kebahagiaan. Terimakasih kasih ya Allah telah mempertemukanku dengan orang yang bisa membawaku kembali ke jalan yang benar.
Sejak hari itu pula, aku berusaha untuk menerima keadaan. Aku mencoba untuk bisa beradaptasi. Mencoba untuk mencintai keluarga baruku. Mereka selalu mengkhawatirkankku. Namun karna sikap ketidakpedulianku aku tidak menggubris kekhawatiran mereka. Aku mulai sadar bahwa aku tidak akan bisa sekolah dan makan kalau tidak dinafkahi oleh Ayah tiriku. Aku pun meminta maaf kepada keluarga, dan akhirnya aku telah berdamai dengan Ayah tiriku.
Kini aku menyadari bahwa jangan biarkan jiwa kalah karena melawan intimidasi keadaan. Bersyukurlah kalian yang di luar sana, bersyukurlah karena masih mempunyai orang tua yang lengkap.Atau kalian yang mungkin kedua orang tuanya telah berpisah, jangan lagi menganggap hidup kalian tak utuh.
BACA JUGA: Pemburu Cinta, Selingkuh di Medsos
Kalian harus meyakinkan diri kalian bahwa kalian kuat dan mampu dalam menghadapi persoalan ini. Kalian masih berhak untuk bahagia, hari-hari kalian masih panjang. Jangan berlarut dalam kesedihan. Harus kuat demi orang-orang yang kalian sayang dan yang menyayangi kalian. Kalian harus kuat demi mereka.
Saat diuji bukan lah akhir dari segalanya, melainkan awal yang baru bagi kalian, untuk mendorong kalian untuk hidup lebih baik di masa depan. Yakinlah bahwa Allah tidak memberi cobaan melainkan kesanggupan kita sendiri. Allah yakin kalian mampu menghadapinya. Semangat!!!
Broken Home “Melawan Intimidasi Keadaan”
Comments
0 comments