HARIANKUTIM.COM, Sangatta – Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sedekah Nahdlatul Ulama (Lazisnu) Kutai Timur kembali berbagi, berupa bantuan pembuatan kamar santri putri dan kamar mandi Pondok Pesantren Al-Ma’arif, Sangatta Kutai Timur, Rabu (15/7/20).
Selama ini banyak orang tua yang gelisah untuk menitipkan anaknya di tempat yang benar-benar dapat membimbing dan membekali anak-anaknya dengan ilmu agama dan pengetahuan umum, maka Yayasan Pendidikan Al-Ma’arif adalah solusinya.
Bertekad untuk membina dan membekali anak didiknya dengan ilmu agama dan pengetahuan umum Sugeng Sholihan, SP selaku kepala sekolah SMP Al-Ma’arif memanfaatkan Gedung yang sudah tersedia menjadi asrama putra dan putri, namun karena perkembangannya yang semakin pesat, asrama tersebut membutuhkan penambahan ruangan. melihat keadaan demikian, LAZISNU Kutim selaku Lembaga di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) bergerak untuk membuat 2 asrama putri baru dan merehab kamar mandi santri putra dan putri.
Ustad Andik Sanyoto, S.Pd.I selaku motor penggerak rehab kamar Santri dan kamar mandi santri mengatakan, “Saya merasa bahwa sudah saatnya Yayasan Pendidikan Al-Ma’arif memiliki Lembaga yang benar-benar berbasic ahlussunnah wal jamaah, dan menjadi cikal bakal pondok pesantren milik NU,yang mandiri dan professional, jadi kenapa kita tidak segera sambut dengan baik”, ujarnya.
Lanjutnya dia mengatakan “kita ngurusi santri harus serius dan gendeng (artinya tidak itung-itungan) supaya kedepannya benar-benar berkembang dengan pesat”, Ucap Andi Sunyoto.
Santri yang tinggal di Ponpes Al-Ma’arif sekarang berjumlah 25 orang terdiri dari 12 santri putra dan 13 santri putri, dari jumlah tersebut berasal dari berbagai daerah, seperti Kecamatan Muara Wahau, Kongbeng, Rantau Pulung, Batu Ampar dan Desa Sangkima.
Sugeng Sholihan selaku pengasuh Pondok pesantren Al-Ma’arif menyampaikan bahwa “para santri lebih ditekankan pada pembelajaran Al-Qur’an terlebih dahulu, disamping pembelajaran fiqih dan akhlak”, ucapnya.
Dia juga mengharapkan Lembaga yang dipimpinnya mempunyai ciri khas bilingual (dua Bahasa Inggris dan Arab), namun hal ini belum terlaksana karena proses penyusunan kurikulum dan tenaga ahli belum tersedia.
Namun target beliau sekarang adalah bagaimana santriwan-santriwati (baik yang yang bermukim maupun siswa sekolah) yang berjumlah 62 orang dapat membaca al-Qur’an dengan baik sesuai dengan tajwid dan makharijul huruf serta sholat lima waktu. (HK/002)
Comments
0 comments