Menyelamatkan Rupiah Di Tengah Corona

Oleh : Andri Yanur

(Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah STAI Sangatta Ang. 2019)

Virus corona merupakan momok yang menakutkan bagi setiap negara, tidak terkecuali bagi Indonesia. Timbulnya virus ini sangat berdampak negatif pada kehidupan sosial yang akhirnya berakibat pula pada melemahannya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sebelum mewabahnya virus corona ini di Indonesia, nilai tukar rupiah masih berkisar di angka Rp.14.000 per US Dollar kemudian sempat melonjak hingga melampaui angka Rp.16.000 per US Dollar dan sekarang mengalami penurunan kembali di angka Rp.15.000 per US Dollar. Lantas, apa saja dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar di Indonesia?

Dampak terbesar yang ditimbulkan dari melemahnya nilai tukar rupiah menimpa emiten berbasis import, misalnya industri farmasi yang bahan baku pembuatan obat-obatannya mayoritas masih di import dari luar negri, ditambah lagi permintaan obat-obatan semakin meningkat dikarnakan wabah virus corona saat ini. Emiten lain yang juga berdampak terhadap pelemahan rupiah yaitu perusahaan-perusahaan yang memiliki utang besar dalam bentuk dollar AS, sedangkan  pemasukan mereka dalam bentuk rupiah.

Sedangkan, perusahaan atau emiten yang biasanya di untungkan dengan penguatan dollar AS, misalnya pada sektor pariwisata atau emiten pada sektor ekspor juga berpotensi mengalami dampak negatif. Hal ini disebabkan oleh penyebaran virus corona hampir di semua belahan dunia yang dapat mengakibatkan turunnya permintaan terhadap barang maupun jasa kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Namun hal tersebut tidak berlaku pada beberapa emiten, diantara nya emiten pertambangan batubara, hal tersebut disebabkan harga jual batubara masih mengacu pada mata uang dollar AS.

Selain berdampak pada sektor usaha, melemahnya nilai tukar rupiah juga berdampak kepada masyarakat umum, diantaranya yaitu yang pertama, inflasi atau kenaikan harga barang khususnya dibidang sembako yang masih diimport dari luar negri, hal ini kemudian berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. Kedua, terjadinya pemutusan hubungan kerja atau PHK massal yang akhirnya berakibat pada meningkatnya jumlah pengangguran dan jumlah kemiskinan di Indonesia.

Selain menghimbau masyarakat dalam upaya untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19 dengan menerapkan kebijakan lockdown dan menjalankan program pembatasan sosial bersekala besar atau PSBB, pemerintah sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan rupiah diantaranya seperti memberikan diskon tiket pesawat atau diskon disektor pariwisata, namun hal tersebut dinilai tidak memberikan dampak yang signifikan dalam mendongkrak ekonomi, hal tersebut disebabkan kurangnya minat kunjungan wisatawan.

Saran saya pribadi dalam upaya menyelamatkan rupiah yaitu yang pertama, pemerintah harus mampu memperkuat sektor usaha mikro kecil menengah atau UMKM karna dinilai mampu untuk memberikan nafas panjang kepada rupiah. Seperti memberikan bantuan berupa modal atau pinjaman kepada pelaku UMKM. Kedua, melakukan kebijakan dalam upaya mengatasi pelemahan nilai tukar seperti yang telah dilakukan oleh Bank sentral AS yaitu dengan menurunkan suku bunga hingga 100 basis poin dengan tujuan untuk menimbulkan kembali gairah perekonomian dunia.

Ketiga, mengurangi import dan memperbanyak ekspor baik barang maupun jasa, hal tersebut mungkin akan mampu untuk mengurangi pengeluaran negara di tengah krisis ekonomi Global seperti saat ini. Keempat, aparat negara harus tegas dalam menyikapi pelanggaran yang berhubungan dengan program PSBB serta harus memberikan efek jera kepada pelaku pelanggaran. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan agar angka korban yang terjangkit virus menurun, dan kondisi perekonomian Indonesia dapat membaik secara perlahan.

Comments

0 comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *