Oleh : Rahbiatul Adawiah
Mahasiswi STAI Sangatta-Kutai Timur
Beberapa hari lalu DPR RI mengusulkan ke pemerintah dan Bank Indonesia untuk mencetak uang lebih banyak, tujuannya untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia dari dampak virus Corona atau Covid 19. Usulan tersebut tampak terlihat bagus namun sangat rentan memunculkan krisis baru.
Jika pemerintah terlalu banyak mencetak uang berdampak pada daya beli masyarakat, kenaikan harga barang, dan penurunan nilai uang. Semakin banyak pemerintah mencetak uang maka semakin membuat kemampuan beli juga akan semakin tinggi, mengakibatkan jumlah barang yang kita inginkan akan semakin berkurang dan harga produk kebutuhan pokok semakin tinggi (Inflasi).
Tanpa mencetak terlalu banyak uang, saat ini saja Bank Indonesia memperkirakan inflasi sebesar 0,18% secara bulanan dan terus meningkat sampai pada angka 2,78% dalam skala tahun 2020. Bayangkan berapa tinggi angka inflasi kita jika usulan DPR diatas disetujui, bisa berlipat-lipat. Perlu menengok negara yang merasakan langsung akibat fatal mencetak uang terlalu banyak yaitu Zimbabwe. Negara ini pernah mengalami inflasi tinggi hingga mencapai 11,250 juta persen, bahkan pada tahun 2008 pernah mencapai 231 juta persen. Salah satu pemicu terjadinya inflasi di negara Zimbabwe adalah presiden Robert Mugabe yang memimpin Zimbabwe mencetak uang untuk mendanai kampanye pemilu, pada saat kepemimpinannya kondisi perekonomian pada saat itu terus menerus jatuh. Mengakibatkan terjadinya banyak nya pengangguran di negara tersebut.
Mencetak uang terlalu banyak selain mengakibatkan inflasi tinggi yang membuat masyarakat tercekik , mencetak uang secara terus menerus juga mengakibatkan nilai mata uang menurun drastis sehingga harga barang menjadi lebih tinggi, harga barang impor lebih mahal dan harga produk ekspor menjadi lebih murah didunia Internasional.
Selain itu nilai tukar rupiah diastikan anjlok. Bilai tukar mata uang asing sangat dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar, semakin banyak uang yang beredar semakin turun nilai kurs. Jika nilai kurs menurun karyawan bergaji dolar disangat untungkan namun yang bergaji rupiah akan sangat menderita.
Keuntungan Eksportir dalam negeri meningkat, barang impor menjadi mahal sehingga barang ekspor menjadi lebih murah dan laku di pasaran, suku bunga naik dan sangat beresiko bagi pertumbuhan kredit, melemahnya rupiah, mengancam obligasi dan surat utang negara.
Dampak mencetak uang terlalu banyak juga dapat mengakibatkan terjadinya Putusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. Mencetak uang secara terus menerus membuat daya beli masyarakat melemah karena tidak sebanding dengan produksi barang atau jasa yang ada, maka dari itu perusahaan terpaksa harus mengurangi karyawan karena merosotnya harga saham terkait dari banyaknya perusahaan yang rugi.
Jadi jelas bahwa usulan DPR diatas akan mengorbankan masyarakat, khususnya mereka yang ekonominya menengah kebawah. Langkah menangani krisis ekonomi karena covid 19 ini, tidak boleh ditangani dengan solusi instan seperti diatas, karena solusi instan itu terlihat menggirukan namun rawan jeratan bencana. Pemerintah cukup memberikan bantuan sosial dan penjaminan ketersidiaan kebutuhan pokok publik, serta stimulus bantuan tunai untuk menjaga daya beli kalangan menengah kebawah. Cetak banyak uang adalah langkah yang keliru.
Comments
0 comments